Antara tahun 2018 dan 2021, tercatat sekitar 850 kasus pendaki hilang secara nasional, menurut penelitian Departemen Kehutanan.
Penelitian bertajuk “Manajemen Pendaki di Semenanjung Malaysia” melaporkan 40 kasus pendaki terluka dan 51 kematian, sedangkan sisanya ditemukan selamat dan tidak terluka.
Pastikan persediaan cukup
Dua pendaki biasa berbicara kepada StarMetro tentang pengalaman mereka serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mendaki.
Adrihazim Rashid, 29, seorang pendaki yang rajin, mengatakan bahwa membawa makanan dan air yang cukup penting untuk menjaga bahan bakar selama perjalanan hiking.
Adrihazim, yang juga ketua Friends of Bukit Dinding (FoBD), sebuah organisasi nirlaba yang mengadvokasi pelestarian bukit di Setiawangsa, Kuala Lumpur, secara rutin mendaki bukit dan gunung di Malaysia maupun di luar negeri.
“Tetap terhidrasi sangat penting untuk menjaga tingkat energi Anda. Jangan menunggu sampai haus, minumlah air setiap lima hingga 10 menit.
“Jumlah air yang perlu dibawa tergantung durasi pendakian. Umumnya, 500ml per jam adalah taruhan yang aman,” katanya.
Adrihazim juga merekomendasikan agar para pendaki mengemas makanan ringan dan elektrolit seperti energy bar dan minuman energi.
Ia menceritakan kepanikan saat seorang temannya pingsan karena gula darah rendah saat mendaki di Bukit Tabur, Gombak.
“Untungnya kami berhasil menyadarkannya setelah memberinya biskuit sandwich dan minuman isotonik,” kata Adrihazim.
Ia juga mengingatkan para pendaki untuk tidak memakan buah-buahan liar di hutan karena dapat menimbulkan alergi.
Pendaki lain, Lee Seng Poh, 58, mengatakan menjaga kebugaran sebelum melakukan pendakian adalah hal yang terpenting.
Dia melakukan pendakian sebagai cara untuk tetap bugar setelah dia didiagnosis menderita diabetes tipe 2.
“Mendaki gunung dapat melelahkan secara fisik dan mereka yang ingin melakukannya harus meningkatkan rutinitas olahraga mereka dan lebih konsisten,” katanya, seraya menambahkan bahwa mereka yang menjalani gaya hidup cenderung melebih-lebihkan tingkat kebugaran mereka.
Lee juga mengatakan bahwa menemukan teman pendaki dengan tingkat kebugaran yang sama penting untuk memastikan semua orang bergerak dengan kecepatan yang sama.
Sikat dengan supranatural
Selain tantangan fisik dan logistik, beberapa pendaki juga mewaspadai kekuatan supernatural di hutan.
Pada bulan Januari 2017, seorang pendaki hilang yang diselamatkan di Bukit Broga, Kajang, menceritakan pengalamannya “tersembunyi” dari pandangan orang.
Mohd Azarul Mukhriz Abd Rahman, saat itu berusia 20 tahun, ditemukan oleh tim penyelamat setelah tersesat di hutan selama tujuh hari.
Pamannya, yang menceritakan kisah tersebut kepada media, mengatakan keponakannya menolak menjelaskan lebih lanjut tentang penderitaan yang dialaminya.
Bagi Adrihazim, kehadiran makhluk mistis seperti orang bunian (makhluk gaib menyerupai manusia) tidak bisa dianggap remeh.
“Hutan adalah rumah bagi banyak sekali misteri, yang saya yakini belum dapat dijelaskan oleh sains.
“Sampai ada penjelasan logis mengenai hal tersebut, yang terbaik adalah tetap waspada dan menghormati saat kita berada di hutan,” katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Lee, mengutip pengalamannya saat mendaki sendirian di Bukit Saga, Hulu Langat di Selangor, beberapa tahun lalu.
Dia tersesat meski dilengkapi dengan GPS.
“Saya mengitari area yang sama selama dua jam dan rasanya udara semakin berat.
“Akhirnya saya sadar bahwa saya mungkin terkekang oleh sesuatu,” katanya.
Ketika Lee mengingat kepercayaan di antara kerabatnya bahwa suara keras dapat mengusir roh jahat, dia menyalakan petasan dan mampu ‘melepaskan diri’ dari mantra tersebut dan menemukan jalan keluar dari hutan.
Adapun Francis, katanya istrinya percaya anjing kampung yang mereka temui adalah roh.
“Saat kami keluar dari bukit, anjing itu tidak terlihat. Pendaki lain juga tidak melihatnya,” ujarnya.
Ia berharap bisa melihat anjing itu lagi pada kunjungan berikutnya ke Bukit Gasing, namun hal itu tidak terjadi.